​Lee Jinki

Kim Kibum

BRAK!!
Jinki terlonjak kaget di atas kursi kebesarannya saat seseorang dengan lancangnya masuk dan membanting pintu ruangan kantornya, dia sedang serius membaca sebuah berkas rencana kerja sama yang akan dilakukannya dengan perusahaan lain. Jinki menghela napas saat dilihatnya siapa pelaku yang mendobrak pintunya, seorang namja cantik sedang berdiri di tengah ruangan dengan wajah masamnya.

Jinki mengernyit, ada hal apa lagi yang membuat ekspersi itu bertengger di wajah cantik namja nya.

Jinki mengubah duduknya lebih santai dan mengendurkan ikatan dasi di lehernya, “Kau kenapa?”

Namja cantik itu semakin bersunggut mendengar pertanyaan Jinki, dengan langkah yang dihentak ia pun berjalan menghampiri Jinki. Berdiri di samping meja, Jinki memutar kursinya menghadap namja cantik itu dan mengulurkan tangannya,

“Kemari, baby.”

Namja cantik itu menyambut uluran tangan Jinki dan mendudukkan bokong indahnya di pangkuan Jinki, tangan Jinki sudah berpindah menyentuh pipi dan bibir itu dengan lembut. Mengelusnya seolah mencoba menghilangkan guratan di wajah itu.

“Katakan padaku kau kenapa lagi, hm?” Tanya Jinki lagi setelah beberapa menit berdiam diri.

Bukannya menjawab, Kim Kibum malah menatap Jinki dengan sedih.

“Baby?!?!”

“Apa kau mencintaiku?” Sela Kibum cepat,

“Tentu saja, jika aku tidak mencintaimu aku tidak akan menjadikanmu milikku.” Jawab Jinki lembut.

“Ayo bercinta!”

“APA??” Jinki tersedak air liurnya mendengar apa yang namja cantik nya ucapkan, ia terbatuk-batuk.

“Kau bilang mencintaiku, aku juga. Ayo bercinta! Kita sudah hampir satu tahun bertunangan, kan?”

Jinki memicingkan matanya, “Siapa yang mengajarimu tentang itu?”

“Teman kampusku.” Jawabnya polos.

“Apa kau tahu apa arti bercinta itu??”

Kibum mengangguk girang, “Nicole bilang, bercinta adalah kegiatan yang dilakukan oleh dua orang yang saling mencintai. Oh, dia juga bilang bercinta adalah menyatukan dua tubuh menjadi satu.”

Kibum kembali berpikir, “Aku tidak tahu apa arti menyatukan tubuh.” Suaranya mengecil dengan dahi mengkerut, “Mungkin seperti ini.” Jawabnya sambil menempelkan tubuhnya dengan Jinki dan memeluknya erat.

Jinki menghela napas gusar, “Baby, bercinta bukan hanya sekedar menempelkan tubuh, tapi juga…” Jinki menghentikan perkataannya, sialan kau Lee Jinki, kau hampir mengotori pikiran namja cantik mu dengan mulut laknatmu ini.

Kibum melepaskan pelukannya, “Benarkah? Lalu, bagaimana caranya? Ayoo lakukan!”

“Tidak. Kita tidak akan melakukannya!”

“Kenapa??”

“Karena kita belum menikah, aku tidak mau mengotorimu.” Ucap Jinki frustasi, Tuhaan godaan macam apa lagi ini. Namja cantik yang polos ini memang tidak bisa ditebak.

“Mengotoriku? Apa bercinta seperti bermain lumpur? Jika kau takut mengotoriku, kita bisa mandi bersama.” Tubuh Jinki menegang hanya mendengar ucapan polos dari namja cantik nya, tiba-tiba bayangan mereka mandi bersama melintas di otaknya.

“Tidak tidak!!” Jinki menggelengkan kepalanya gusar, menghela napas untuk mengontrol dirinya.

“Kita akan melakukannya setelah resmi menjadi suami istri.”

“Tidak mau, itu terlalu lama. Aku mau melakukannya disini, sekaraang.”

Disini? Sekarang? Oh Kibum ku yang manis, kau sangat tahu bagaimana cara membangunkan singa yang tengah terlelap.

“Tidak, Baby. Tidak!!”

“Kenapaaa?? Bahkan teman-temanku melakukannya sebelum menikah, mereka hanya berpacaran tapi sering melakukannya. Sedangkan kita sudah bertunangan tapi belum melakukannya sekali pun, ayo lakukan Oldman.”

Jinki hanya diam dengan wajah marahnya selama beberapa menit.

“Dubuuuu..” suara Kibum lirih, air mata sudah merebak di pelupuk matanya.
“Tidak!” Putusnya tegas.

Setetes air mata berhasil meluncur di pipi mulus Kibum, dia ditolak. Ini memalukan.

“Hiks, aku membencimu.” Isakan itu terdengar bersamaan dengan namja cantik itu bangkit dari pangkuan Jinki dan berlari menuju pintu, tak lupa ia juga membanting pintu itu sekuat tenaga membuat sang sekertaris yang sedang berkutat dengan komputernya refleks berjongkok di bawah meja kerjanya. Ia mengintip dan melihat Kibum keluar dari ruangan bosnya sambil menangis.

“Mereka kenapa lagi? Huft untung saja, oh jantungku. Kau baik-baik saja, kan? Selamat selamat.” Jongin; sekertaris pribadi Jinki mengelus-elus dadanya lega.

Sedangkan Jinki, ia menghela napasnya dan menyandarkan tubuhnya pada penyangga kursi. Dia harus mencari tahu siapa orang yang meracuni otak namja cantik nya, jika dibiarkan ia tidak akan bisa menahannya lagi. Jinki memijat pelipisnya dan terpejam.

*

*

*

*

Sore harinya Jinki langsung meluncur ke rumah kediaman Kibum untuk mengecek keadaan namja cantik itu, ia harus menanyakan hal ini pada seseorang. Jinki kembali menambah kecepatan laju SUVnya.

Lima belas menit kemudian ia sudah sampai di sebuah rumah minimalis yang elegan, jarak dari kantor ke rumah ini memakan waktu dua puluh lima menit dan Jinki sudah sampai sepuluh menit lebih awal berkat kemampuan menyetirnya.

Ia memarkirkan mobilnya di belakang mobil sport berwarna kuning, ia tersenyum sinis melihat mobil itu. Ternyata pemiliknya sedang ada di rumah, bagus.

Jinki keluar dan berjalan angkuh menuju pintu utama, memencet bel dalam hitungan ke delapan seorang pelayan membukakan pintu untuknya.

“Selamat sore Tuan muda Lee,” pelayan itu menunduk hormat.

“Apa  Kibum  di rumah?” Tanyanya sopan.

“Ne Tuan,  ada di kamarnya.” Jinki langsung mengayunkan langkah lebarnya ke lantai dua, dapat ia rasakan seseorang menatapnya tajam dari arah dapur, Jinki tak memperdulikan tatapan itu.
Jinki sudah sampai di depan pintu kamar namja cantik nya, mengetuk pintu beberapa kali hingga dua menit ia menunggu tapi tak mendapat jawaban dari sang pemilik kamar. Jinki memutuskan membuka pintu itu, ia berhenti di depan pintu sejenak dan menatap seorang namja cantik yang sedang meringkuk seperti janin dalam kandungan tengah tertidur pulas.

Ia menutup pintu dan melangkah hati-hati, mendudukkan bokongnya di samping  Kibum dan memperhatikannya. Matanya bengkak dengan hidung memerah dan jejak bekas air mata yang setengah mengering di pipinya, pasti Kibum menangis dengan waktu yang lama hingga ia kelelahan dan tertidur. Bahkan Kibum  tidak memeluk boneka yang diberikan oleh Jinki, ia lebih memilih memeluk gulingnya dan membiarkan boneka itu tergeletak di lantai begitu saja. sebegitu marah kah Kibum padanya? Tentu saja, siapapun pasti kecewa karena ditolak. Jinki meringis.

Jinki mengelus rambut Kibum dan menghapus jejak air mata yang tersisa, “Maafkan aku, baby, kau pasti sangat kecewa aku menolakmu. Aku sungguh ingin,” Sangat bisik batinnya, “Tapi tidak sekarang.”

Jinki mengecup kepala Kibum dan menghirup wangi dari sampo yang digunakan Kibum, wanginya seperti bayi. Lalu mengecup kening dan pipinya, ia bangkit menyelimuti Kibum dan meraih boneka itu, meletakkannya di samping Kibum. Jinki memutuskan untuk pergi dan menemui seseorang yang telah menunggunya sedari tadi.

Jinki langsung duduk di samping Jonghyun yang sedang menonton TV, dia yakin pria itu tidak benar-benar memperhatikan acara komedi yang sedang berlangsung. Mana ada orang menonton acara komedi tanpa tertawa sedikit pun, Jinki tertawa sinis.

“Langsung saja, apa yang kau lakukan pada adik kesayanganku?” Cecarnya.

“Aku tidak melakukan apa-apa.” Jawab Jinki santai.

“Tidak mungkin kau tidak melakukan apapun hingga membuatnya pulang sambil menangis, ia bahkan menelponku tanpa bisa mengendalikan tangisannya. Aku langsung berlari meninggalkan jadwal latihanku bersama Bangtan karena khawatir terjadi sesuatu padanya, ia bahkan baru bisa berhenti menangis setengah jam yang lalu, tidak mungkin tidak ada yang terjadi diantara kalian.” Sinisnya, Jonghyun adalah seorang koreograper terkenal.
Jinki meringis mendengar itu, “Kau tahu, dia mengajakku bercinta.” Ucap Jinku pelan, tatapannya menerawang ke depan.

“MWO???” Jonghyun langsung menghadap Jinki dengan wajah superkagetnya, adiknya yang polos mengajak kekasihnya bercinta? Itu tidak mungkin!
“Jangan bercanda, Lee Jinki! Mana mungkin adikku melakukan itu!?”

“Aku serius, Jong. Kupikir kau yang mengajarinya.”
“Jinki-ah  aku tidak mungkin menjerumuskan adikku ke lubang yang salah.”
“Aku harus mencari tahu siapa teman wanita yang mengajarinya bicara seperti itu.” Jonghyun mengangguk setuju. Dan mereka tahu siapa orang yang akan mereka cari, Lee Taemin; sahabat Kim Kibum.

*

*

*

*

“Aku benar-benar tidak tahu, Hyung! Sungguh.”

Ucap seorang namja yang sedang diintrogasi oleh dua orang namja tampan, dia sudah seperti seseorang yang tertangkap basah telah membunuh hingga diintrogasi dengan dua namja dewasa yang menyeramkan ini; menurutnya.
“Sudah katakan saja, Taemin-ya. Kau tidak mungkin tidak mengetahuinya, kalian berdua kan seperti surat dan prangko yang selalu menempel sejak kecil.” Ucap Jonghyun, Jonghyun langsung menutup mulutnya setelah mendapat tatapan tajam dari Jinki.
“Aku serius, Hyung. Bahkan sudah seminggu ini Kibum tak menemuiku, terakhir kami pergi bersama itu tiga hari yang lalu. Dia mengatakan bahwa ia memiliki teman baru.”
“Siapa teman barunya, kau tahu?” Tanya Jinki.

“Mmhh, biar kuingat.” Taemin berpikir sejenak, tiga hari lalu memang ia pergi bersama Kibum dan  Kibum menceritakan pengalamannya bertemu dengan teman wanita barunya, Kibum sangat senang karena dari kecil ia hanya memiliki Taemin sebagai sahabatnya.

“Emmh.. Namanyaa.. Jung..Jung apa ya?”

“Jung Nicole.” Sela Jinki.

“Aaah.Jung Nicole! Kau benar Hyung. Eiyy, kalau kau sudah tahu kenapa malah bertanya padaku,Hyung.” Kesal Taemin  saat ia menyadari Jinki lah yang menyela ucapannya.
“Aku tidak tahu nama lengkapnya maka aku bertanya padamu, apa kau tahu gadis seperti apa dia? Sudah pasti dia bukan gadis baik-baik karena telah meracuni Kibum ku dengan pikiran kotor.” Desis Jinki. Taemin meringis mendengar desisan Jinki yang baginya seperti desisan suara gaib.

“Aku tidak tahu, aku belum pernah melihatnya sebelumnya. Dengar namanya saja baru.”

“Hey sobat, kau kutugaskan untuk menjaga adikku lebih ketat. Kau tidak mau melihat raja hutan mengamuk, kan?” Jonghyun merangkul bahu Taemin dan melirik Jinki saat ia menekan kata ‘raja hutan’. Taemin bergidig ngeri.

Jinki tak memperdulikan mereka, ia merogoh ponsel di sakunya untuk menghubungi seseorang.

“Yeoboseyo, Boss?” Sahut seseorang di seberang sana.
“Jongin-ya, cari tahu semua tentang gadis bernama Jung Nicole. Kuberi kau waktu satu jam dari sekarang.”
“Bosss?? Apa kau berencana selingkuh dari Kibum? Apa hal ini yang membuatnya menangis setelah bertemu denganmu? Jadi Kibum  mengetahui kelakuan bejatmu di belakangnya? Bos, jika kau berniat menyakitinya lebih baik kau berikan saja Kibum padaku, aku berjanji akan menyayanginya sepenuh ha—“
“Bicara apa kau? Kau ingin kupecat rupanya, waktumu tiga puluh menit lagi.” Jinki mematikan panggilannya tanpa mendengar jawaban dari Jongin, wajahnya merah padam menahan marah. Sekertarisnya itu memang selalu membuatnya kesal.

Sedangkan Jongin yang berada di balik meja kerjanya masih sibuk menempelkan ponsel di telinganya dan memanggil-manggil bosnya. “Boooss?? Boosss? Halo??” Tak ada sahutan.

Ia melihat layar ponselnya, “Aish dimatikan, apa aku salah lagi?” Herannya. Jongin menggaruk kepalanya dengan alis mengernyit

Taemin yang melihat wajah kesal Jinki itu langsung mengapit lengan Jonghyun dan bersembunyi di baliknya.

“Yak, apa yang kau lakukan?”
“Hyung, sebenarnya makhluk seperti apa yang adikmu kencani. Dia tampan tapi seperti malaikat pencabut nyawa.” Bisiknya, “Aku jadi merinding, hiiiiih.” Taemin bergidig ngeri sedangkan Jonghyun hanya mengedikkan bahunya acuh.

*

*

*

“Jung Nicole, putri dari pengusaha tekstil yang sedang berjaya; J Textile Company, dia adalah senior Kibum di K-arts Korean National University of arts. Gadis itu terkenal karena pergaulannya yang bebas karena dia pernah tinggal di Amerika selama setahun sebelum akhirnya pulang ke Korea, dia juga sering mencari gadis kaya untuk dijadikan teman dan memanfaatkan uang mereka.”

“Gadis itu menyeramkan, dia sering melakukan pesta seks dengan teman-teman baratnya. Kasihan sekali orang tuanya yang tidak tahu kelakukan menyimpang anaknya.”

“Boss, kau tidak benar-benar akan meninggalkan Kibum demi gadis sepertinya, kan?”
“Tidak akan.” Jinki mematikan sambungan telponnya dengan Jongin saat melihat orang yang ditunggunya datang, mana mungkin ia meninggalkan namja polosnya hanya untuk jalang seperti itu. Seorang gadis dengan dandanan  glamor menghampirinya. Disinilah dia sekarang, duduk dengan santai di salah satu meja di café mewah sambil menatap tajam gadis itu.

“Apa kau Lee Jinki?” Ucap gadis itu berbinar saat ia tahu orang yang ingin bertemu dengannya adalah pria yang sangat tampan dan sepertinya juga sangat kaya dilihat dari penampilannya, Jinki memasukkan ponselnya ke dalam saku celana.

“Duduklah Nona.” senyumnya

Gadis itu tersenyum dan duduk di hadapan Jinki,

“Kau Jung Nicole?”

Nicole semakin berbinar saat pria itu menyebut namanya, “Ne.” angguknya.
“Kudengar, kau adalah teman dekat Kim  kibum?”

“Kim Kibum?? Oh, namja bodoh itu?” Jinki mengepalkan tangannya saat gadis itu menghina Kibum.

“Aaahh.. kurasa namja itu hanya pura-pura polos, mana ada namja berusia Sembilan belas tahun tidak mengerti tentang seks. Itu mustahil, bukan? Tapi, namja itu benar-benar kaya. Baru kali ini aku bertemu namja bodoh sepertinya.”

“Benarkah?” tanpa melakukan apapun Jinki bisa mengetahui sifat gadis ini yang sangat terbuka dan dengan senang hati menujukkan ketidaksukaannya pada Kibum. Tipe wanita yang banyak bicara.

“E’em,” gadis itu mengangguk. “Dia bahkan menangis saat tunangannya menolak bercinta dengannya, ahahaha tentu saja. aku yakin tunangannya menolaknya karena dia tidak mungkin meniduri anak kecil bodoh sepertinya, aku saja sebagai wanita tak bergairah saat melihatnya apa lagi laki-laki.” Nicole tersenyum sinis.
“Sayangnya aku adalah laki-laki itu.” Ucap Jinki sinis. Ia sudah tak tahan mendengar hinaan yang ditujukan pada Kibum tercintanya.

“Ne? jadi, kau adalah tunangan Kim Kibum? Aaah aku tahu, kau pasti berniat meninggalkan namja itu, kan? Tuan, kau datang pada gadis yang tepat, aku bisa memuaskanmu lebih dari  siapapum.” Ucap Nicole menggoda sambil mengerlingkan matanya pada Jinki.

Jinki tertawa sinis, “Pria bodoh mana yang mau meninggalkan namja berharganya hanya demi jalang sepertimu.” Geram Jinki.

Nicole sedikit tertegun mendengarnya sebelum akhirnya ia tertawa sinis, “Laki-laki bodoh mana yang bisa menolak wanita seksi sepertiku.” Sombongnya.

“Ya, tentu. Karena hanya sampah yang pantas mengeluarkan cairannya pada wanita jalang sepertimu.”

Nicole mengeratkan giginya, ia marah direndahkan seperti ini. “Apa maumu sebenarnya memanggilku?”

“Hanya satu, jangan ganggu Kibum lagi atau aku akan membuat keluargamu jatuh miskin.” Ancam Jinki.

Nicole mengangakan mulutnya mendengarkan ancaman Jinki.

“Kau masih ingin hidup bergelimang harta, bukan?”

“Namja sialan.” Nicole bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan Jinki dengan emosi yang memuncak. Ia sedikit tahu tentang Lee Jinki, pengusaha muda yang terkenal dan tak segan menghancurkan perusahaan kecil seperti perusahaan milik ayahnya jika perusahaan itu berurusan dengannya.

Jinki menghela napasnya setelah gadis itu pergi, semua masalah telah selesai. Tibalah saatnya ia membujuk Kibum nya agar kembali ceria dan bermanja dengannya lagi.

*

*

*

*

Cuaca hari ini cukup panas, Kibum baru saja keluar dari kelasnya. Kelasnya hari ini sangat membosankan, kali ini professor Jeon menerangkan sejarah seni . Kibum berjalan menuju kantin, dia berniat menghabiskan waktu menunggu jam mata kuliah selanjutnya dengan berdiam diri di kantin.

“Haaah.” Kibum menghela napasnya lirih, sudah tiga hari dia dan Jinki tidak berkomunikasi. Pria itu juga tidak menemuinya,dasar tidak berperasaan rutuknya dalam hati.

Di lorong cukup ramai mahasiswa berlalu lalang, Kibum tak memperdulikan sekitarnya hingga tiba-tiba seseorang menabraknya hingga tas selempang penuh coretan catnya jatuh mengeluarkan semua isi yang terdapat di dalamnya karena Kibum itu lupa menutup zippernya.

Kibum berjongkok dan memasukkan barang-barangnya satu persatu, “Mianhae. Aku tak sengaja.” Seorang namja ikut berjongkok dan membantu  Kibum mengemasi barang-barangnya yang ternyata namja itulah sang pelaku penabrak.
Kibum tak memeperdulikannya, dia hanya terus memasukkan alat-alat lukisnya ke dalam tas cokelat besar penuh noda cat itu. Setelah semua barangnya kembali pada tempatnya,  Kibum bangkit dan melanjutkan perjalanannya.

Namja itu menatap punggung Kibum yang berlalu, dalam hati ia bertanya-tanya, apa yang terjadi dengan namja cantik itu? Bahkan namja cantik itu tak protes atau mengatakan sesuatu padanya, malah sepertinya ia tidak sadar mereka baru saja bertabrakan beberapa waktu lalu.

*

*

*

*

Sudah satu jam Kibum  mendaratkan kepalanya di atas salah satu meja yang berada di kantin, untung saja ia memilih meja yang berada di pojok hingga tak menimbulkan perhatian disana. Matanya terpejam, sepertinya ia tidur.

Namja tampan itu memutuskan menghampiri namja cantik yang sedang tertidur itu setelah beberapa menit memperhatikannya dari jauh, ia duduk di sampingnya, meletakkan sekotak pepero di meja dan melakukan hal yang sama dengan namja cantik itu. Wajah mereka berhadapan, namja tampan itu memperhatikan wajah damai yang terpejam dengan mulut sedikit terbuka itu dari jarak yang cukup dekat. Cantik, batinnya. Sesekali senyum terulas di wajahnya.

Setelah cukup puas, namja tampan itu mengetuk beberapa kali meja kayu itu tanpa merubah posisinya. Kibum yang tertidur itu terusik dan mengernyitkan dahinya, perlahan matanya mulai mengerjap. Dan saat  Kibum membuka matanya, terpampanglah wajah namja asing tengah tersenyum padanya. Kibum mengerjap beberapa kali, ia merasa sedang memimpikan wajah pria tampan selain kekasihnya.

Mereka saling menatap cukup lama, setelah seluruh nyawanya terkumpul dan Kibum meyakini ia memang tidak sedang bermimpi pria tampan. Akhirnya ia mengeluarkan suaranya tanpa perubahan posisi dari keduanya.

“Nugu..seyo?” Ucapnya pelan, namja tampan itu tersenyum mendengar suara Kibum. Suaranya sangat lembut batinnya.
Namja tampan itu mengangkat kepalanya diikuti oleh Kibum, “Kenalkan, aku Choi Minho.” Namja tampan yang mengaku Choi Minho itu mengulurkan tangannya pada Kibum, namja cantik itu hanya menatap tangan itu tanpa menjabatnya.

“Eemm..” Minho menggaruk rambut belakangnya karena tak mendapat respon dari Kibum, “Aku adalah orang yang menabrakmu di lorong satu jam yang lalu. Kau ingat?” Minho mencoba menjelaskan pertemuan pertama mereka yang tak disengaja.

Kibum terdiam lalu memanyunkan bibirnya, kebiasaannya saat berpikir. Kawaii batin Minho bersorak.
“Benarkah?” Tanyanya.

Seperti dugaannya, naamja cantik ini tak menyadarinya. Minho mengangguk lalu meraih sekotak pepero rasa Vanilla black cookie pada Kibum, “Ini, sebagai permintaan maafku padamu. Aku tidak tahu kau menyukainya atau tidak, ” Cengirnya.

“Oh ya, kau tak alergi cokelat kan?”

Kibum menerima pepero itu, “Aku suka.Kamsahamnida.” Tunduknya sopan.
Minho tersenyum senang mendengarnya.

Kibum langsung membuka bungkus pepero itu, ia mulai memasukkan satu stik pepero ke mulutnya. Mengunyahnya dengan santai.

“Eemmm, kalau aku boleh tahu.. namamu siapa?”

“Kim Kibum imnida.” Ucap Kibum dengan mulut penuh.
Manis sekali , seperti anak kecil . Minho tersenyum.
“Nama yang cantik.” Persis yang punya tambahnya dalam hati.
Kibum menyodorkan pepero itu pada Minho, Minho menerimanya dengan senang hati. Mereka pun berbagi pepero bersama.

*

*

*

*

Kbum baru saja keluar dari minimarket dengan sekantong plastik berukuran sedang, ia ingin meyeberang ke kampusnya untuk menemui Taemin. Hari ini mereka ada janji untuk pulang bersama.

Setelah memastikan jalanan aman untuk diseberangi, Kibum pun mulai melangkahkan kakinya perlahan. Dia hampir sampai di tengah jalan, tetapi tiba-tiba ada sebuah mobil melaju kencang dari arah kanan. Kibum tak menyadarinya sampai mobil itu membunyikan klaksonnya nyaring.

TIIIIIIIT!!!! TIIIIIIIIITTTT!!!!
Kibum menoleh, namja cantik itu terkejut. Tiba-tiba ia merasakan tangannya ditarik seseorang dengan sangat kuat, tubuhnya membentur tubuh seseorang yang menariknya yang ia yakini seorang namja karena wangi maskulin yang menguar dari dada itu.

Kantong plastik dan tasnya terjatuh di pinggir jalan, Kibum masih belum sadar dari keterkejutannya. Ia merasakan kehangatan karena orang yang menariknya memeluknya erat. Orang itu melepaskan pelukannya, tangannya berpindah ke dua sisi bahu Kibum. Choi Minho?

“Kibum, kau baik-baik saja?” Kibum hanya menatap Minho dengan napas tersengal, namja cantik itu masih syok.

Di jarak yang tak jauh dari posisi Kibum dan Minho, seorang namja tampan berdiri di samping SUV hitam kelatnya dengan tatapan tajam dan tangan mengepal kuat; Lee Jinki. Ia berencana menjemput Kibum di kampus untuk mengajaknya makan malam berdua, dia akan meminta maaf dan membujuk Kibum agar tidak marah lagi padanya. Karena tiga hari belakangan Jinki cukup sibuk dengan proyek baru perusahaannya.

Jinki hendak menghampiri Kibum saat Kibum telah menyeberang, ia juga tak menyadari ada sebuah mobil yang melaju kencang ke arah Kibum. Jinki langsung keluar dari mobil saat melihat mobil itu tepat berada di depan mobilnya. Astaga, dia hampir kehilangan Kibum nya jika seseorang tak menggantikannya menyelamatkan Kibum.

Jinki mengayunkan langkah lebarnya menghampiri Kibum, Minho sedang mengambil tas dan kantong belanjaan Kibum saat Jinki sampai di tempat mereka. Minho mengulurkan tangannya memberikan barang-barang Kibum  yang disambut oleh tangan besar Jinki, Minho mendongak melihat Jinki.

Jinki menggenggam tangan Kibum dan menariknya pergi, Kibum menoleh, “Jinki hyung?!” Kibum sedikit terkejut mendapati Jinki berada disini.
“Kita pulang.” Bisik Jinki. Mereka pun pergi meninggalkan Minho tanpa berkata apa-apa yang memandangi mereka dengan kebingungan yang tergambar jelas di wajah tampannya.

Sedangkan di tempat lain, Taemin sedang menjambak rambutnya dengan wajah frustasi. Ia juga berlari kencang saat melihat Kibum hampir tertabrak, ia bernapas lega saat seseorang yang ia kenal telah menyelamatkan sahabat nya. Kemudian syaraf-syaraf di tubuhnya menegang saat melihat Jinki dengan wajah tampan pencabut nyawanya menghampiri Kibum dan Minho, Taemin khawatir Jinki akan menghajar wajah tampan Minho karena Minho memeluk sahabatnya cukup lama.

Taemin kaget bukan main saat melihat mobil Jinki terparkir di depan kampusnya, “Oh Tuhan, jantungku serasa mau copot saat melihat mereka bertiga. Untunglah tak terjadi baku hantam dan pertumpahan darah disini, aku tidak mau jika di kampusku ada hantu gentayangan nantinya. Untung saja, terima kasih Tuhan karena telah melindungi wajah tampan Minho Hyung.” Ucapnya berlebihan sambil mengusap wajahnya dengan kedua tangan yang menengadah ke atas sebelumnya, Taemin bergidig membayangkannya. Tidak berlebihan jika Jinki yang melakukannya, pria berwajah tampan pencabut nyawa menurut Taemin itu bisa melakukan apa saja yang tak pernah terpikirkan oleh orang awam. Apapun akan terjadi jika itu menyangkut Kibum dan Jinki berada di lokasi yang sama.

*

*

*

*

Selama perjalanan pulang yang memakan waktu tiga puluh menit ini tak ada yang membuka suara, baik Jinki maupun Kibum terdiam dalam pikiran masing-masing hingga mereka sampai di depan rumah kediaman keluarga Kim. Jinki turun lebih dulu dan membukakan pintu untuk Kibum, mengambil barang-barang Kibum itu di jok belakang. Jinki kembali menggenggam tangan Kibum erat dan membawa nya itu masuk ke dalam rumah.

“Selamat datang Tuan muda.” Mereka berdua disambut oleh Son Ahjumma.

Jinki mengangguk sopan sedangkan Kibum masih saja menundukkan kepalanya sejak keluar dari mobil.

“Apa Abeonim dan Eomonim ada di rumah?” Tanya Jinki.
“Ne, Tuan muda. Nyonya sedang mempersiapkan makan malam dan Tuan besar sedang menonton TV bersama Tuan muda Jonghyun.” Terang ajhuma.

Jinki mengangguk, ia kembali melangkahkan kakinya memasuki rumah.

“Oh, kalian sudah pulang?” Sapa seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik dari meja makan, Na Sohyun; Nyonya Kim menghampiri Jinki dan Kibum. Jinki membungkuk hormat, Nyonya Kim mencium Kibum dan mengelus pundak Jinki sayang.

“Pergilah, Appa dan Jonghyun sedang bersantai.” Senyum Nyonya Kim.
“Ne, Eomonim.” Jinki membungkuk, setelah itu ia kembali melanjutkan langkahnya. Jinki menghampiri Tuan Kim dan Jonghyun yang sedang menonton acara komedi, sesekali tawa terdengar dari pasangan ayah dan anak itu.
“Selamat sore, Abeonim, Jonghyun.” Sapa Jinki.
Tuan Kim dan Jonghyun menoleh, “Oh Kibum dan menantuku sudah pulang.” Jinki membungkuk.

“Kemari, sayang.” Tuan Kim merentangkan tangannya untuk memeluk Kibum, Kibum mencium ayahnya dan kakaknya bergantian.

“Abeonim, kami pamit dulu.” Izin Jinki.
“Oh, ya, tentu. Silakan selesaikan urusan kalian.” Setelah mendapat izin dari Tuan Kim, Jinki membungkuk.
Jinki menutup pintu setelah mereka sampai di kamar Kibum, meletakkan barang-barang  Kibum di atas sofa dan kembali berdiri di hadapan Kibum yang terus menunduk. Jinki memperhatikan Kibum, Kibum bahkan belum mengeluarkan suaranya sejak tadi.

Jinki maju satu langkah, menggapai dagu Kibum agar mendongak dan langsung mencium bibir itu cepat. Jinki melakukannya sangat cepat sampai Kibum tak sempat untuk menghirup oksigen. Tangan Jinki sudah berpindah ke tengkuk Kibum, sebelahnya lagi ia gunakan untuk memeluk Kibum. Tangan Kibum berpegangan pada jas depan Jinki, Jinki semakin menundukkan kepalanya dan memperdalam ciumannya. Tangannya mengelus dan memijat tengkuk Kibum dengan gerakan pelan.

Jinki melumat bibir bawah Kibum dengan pelan dan dalam, setelah dirasa Kibum butuh bernapas, Jinki melepaskan ciumannya. Napas mereka tersengal, Jinki menyatukan dahi mereka. Jinki terus memandangi Kibum yang terpejam.

Perlahan Jinki mulai memajukan wajahnya dan mengapit bibir bawah Kibum yang terbuka, Jinki mengangkat tubuh mungil Kibum hingga kaki Kibum berpijak di atas kaki Jinki. Tangan kirinya berada di bawah bokong Kibum agar Kibum semakin sejajar dengannya, Jinki berjalan ke meja belajar Kibum dan mendudukkan nya disana. Terdengar beberapa benda terjatuh akibatnya, Jinki semakin memperdalam ciuman mereka. Kibum mulai hanyut dalam ciuman itu tanpa sadar ia membuka mulutnya yang langsung disambut lidah hangat milik Lee Jinki.

Sebelah tangan Kibum berpegangan pada jas Jinki dan satunya lagi berpegangan pada meja, Jinki berdiri diantara kaki Kibum sambil memeluk nya. Ciuman mereka menyiratkan kerinduan masing-masing, memang mereka sering berciuman tapi tak pernah sehebat ini. Jinki hampir kehilangan kendalinya saat dirasanya kedua kaki Kibum mengapitnya, Jinki mengerang dalam ciumannya.

Kedua tangan Kibum sudah mengalung di leher Jinki, Jinki melepaskan ciumannya dan pandangan mereka bertemu. Mereka saling menatap dan terengah, pikiran Jinki kembali pada beberapa saat yang lalu. Dia hampir saja kehilangan Kibum nya, Jinki terpejam. Ia mengecup bibir Kibum berkali-kali, kecupan itu tertahan lama, siapa namja yang menolong Kibum? Apa mereka saling mengenal? Jinki kembali teringat dengan raut wajah namja itu setelah berhasil mendapatkan Kibum dalam pelukan, terlihat lega dan khawatir. Yak,  Lee Jinki! Seharusnya kau berterima kasih karena namja  itu Kibum sekarang baik-baik saja dan sedang berciuman panas denganmu!

Sial! Umpat Jinki dalam hati.
Jinki kembali melumat bibir bawah dan atas Kibum bergantian, pelukannya semakin erat. Kaitan kaki Kibum pada pinggang Jinki mengerat saat ia merasa tubuhnya kembali terangkat, Jinki menggendong Kibum dan mendudukkan bokongnya di kasur empuk milik Kibum dengan Kibum berada di pangkuannya.

Kibum menelusupkan tangannya pada surai kecokelatan Jinki, tubuhnya terasa bergerak sendiri seirama dengan tangan Jinki yang mengelus punggungnya teratur. Kepala mereka bergerak kanan kiri mencari kenyamanan pada setiap lumatan keduanya.

Tangan kanan Jinki mulai turun dan meraba kulit paha Kibum, kulit itu terasa sangat lembut di bawah tangan kasarnya. Perlahan tapi pasti tangan Jinki semakin dalam mengelus dan meraba kaki indah Kibum.

“Aku merestui kalian!”

“Tapi dengan syarat!” Ucap seorang namja berahang tegas, mereka baru saja melakukan pertemuan keluarga. Hari ini 20 Mei, keluarga Lee dan keluarga Kim melakukan acara makan malam dalam rangka rencana pertunangan yang akan dilakukan putra  mereka satu minggu lagi.

Jinki menoleh, “Apa?” Tanyanya.

Jinki dan Jonghyun sedang bersantai di taman belakang rumah keluarga Kim untuk membahas hal penting sesama namja tampan; itulah yang diucapkan Jonghyun sebagai tanda pamit pada keluarganya, dia merasa harus melakukan hal ini sebagai seorang kakak yang baik, mereka duduk di bangku taman sambil menikmati hamparan bintang di atas langit Seoul.

Jonghyun menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi taman, kakinya terbuka lebar dengan kedua tangan bertaut diantaranya, “Kau boleh menciumnya, peluk sudah tentu.”

“Tapi kau harus ingat.” Jonghyun menghentikan ucapannya dan menatap Jinki yang tengah menatapnya, “Jangan bercumbu apalagi bercinta dengannya. Kau hanya boleh mencium di area wajah dan punggung tangannya.. Kalian bisa melakukannya setelah menikah nanti dan aku tidak akan protes.”

Jinki tertawa sinis mendengar itu. Rupanya calon kakak iparnya ini sedang mencoba jadi seorang kakak yang baik, eoh? Memberi wejangan pada calon suami adiknya? Meski terdengar ‘sedikit’ vulgar tapi itu memang wajar, dilihat dari segi manapun adik iparnya ini tetaplah pria dewasa. mereka adalah sahabat sejak SMA. Pastinya sudah hafal tabiat masing-masing seperti apa.

“Kau tahu kan betapa berharganya Kibum bagiku dan keluargaku. Dia adik kesayanganku.”

“Baiklaah.” Jinki ikut menyandarkan punggungnya dan menatap langit.

“Kau harus berjanji, Lee Jinki. Tahan hasratmu, dan tepati janjimu.”

“Geurae.”

Jonghyun tersenyum sinis, “Kau tak tahu siapa yang akan kau hadapi, adikku mampu merobohkan tembok besar Cina dengan kepolosannya”. Jonghyun menyeringai.

Seakan tersengat listrik tiba-tiba percakapannya dengan kakak ipar sialannya itu masuk dalam otak Jinki, bagai kejatuhan bom atom, ucapan Jonghyun satu tahun lalu terpampang jelas di benaknya. Jinki menghentikan semua kegiatannya dengan serempak membuat Kibum membuka matanya dan menatapnya heran.Apa sudah berakhir? Pikirnya.
Jonghyun benar,  Kibum mampu merobohkan tembok Cina sekaligus, bahkan dia hampir menghancurkan pertahanan Jinki tanpa sisa. Ya. Dan Kibum benar-benar melakukannya sekarang. Hampir saja Jinki mengingkari janjinya akibat terlena dengan bibir  semanis cerry yang terlihat semakin menggoda setelah ciuman panas mereka berakhir, apalagi saat Jinki menyentuh kulit sehalus beludru itu dan hampir menyelipkan jari panjangnya diantara celana dalam dan paha Kibum.

Jinki menatap wajah bingung Kibum, “Kau tahu, Baby?” Ucapnya sambil mengelus pipi kemerahan Kibum.

“Kau hampir saja merobohkan pertahanan yang telah kubuat selama ini.” Kibum semakin menatap Jinki bingung, “Dan aku hampir saja kehilanganmu tadi.” Jinki membenturkan dahi mereka saat mengingat Kibum hampir terkena nasib buruk sore ini.

“Mandi dan bersiaplah, semua orang menunggu kita.” Setelah mengatakan itu, Jinki menurunkan Kibum dari pangkuannya. Turun ke bawah untuk menemui calon ayah mertua dan kakak iparnya yang telah menunggunya lama.
Jinki bergabung dengan Tuan Kim dan Jonghyun yang sedang menonton berita.

“E’hem.. huuuh panas, kenapa tiba-tiba aku kepanasan, ya? Tenggorokanku juga terasa kering,Ahjumma tolong ambilkan air.” Teriak Jonghyun mengibas-kibaskan tangannya di depan wajah sambil sesekali mencuri pandang pada Jinki.
Jinki hanya menatapnya malas.

Jonghyun tahu betapa hampir gilanya Jinki menahan hasratnya pada adiknya, ia mendengar betapa frustasinya erangan Jinki di dalam kamar adiknya.

Ya. Jonghyun tahu apa yang mereka lakukan, itu karena ayahnya menyuruhnya untuk melihat keadaan sepasang kekasih dimabuk asmara itu. Ayahnya tahu pasti ada kesalahpahaman yang terjadi diantara mereka berdua, karena Kibum nya yang ceria dan cerewet mendadak jadi patung cantik hari ini. Sudah bukan rahasia lagi, bukan?

*

*

*

*

Hari ini Minggu dan masih pagi, Kibum sedang mengeluarkan sepeda keranjang warna tosca kesayangannya. Ia berniat mengajak Taemin untuk bersepeda bersama, kegiatan rutin yang mereka lakukan setiap minggunya. Dengan langkah kecilnya Kibum menuntun sepedanya menuju rumah Taemin yang berjarak beberapa blok dari rumahnya, pagi ini Kibum memakai kaos polo warna pink soft dipadukan celana pendek putih dan sepatu kets putih. Terlihat chic dan cantik seperti biasanya.
Kegiatan rutinnya di hari Minggu adalah saat pagi ia akan bersepeda bersama Taemin  dan siangnya berkencan dengan Lee Jinki sampai malam. Benar-benar. Kibum sudah sampai di depan rumah Taemin, memarkirkan sepedanya di pinggir jalan dan berjalan memasuki perkarangan rumah Taemin. Disana terlihat Nyonya Lee yang sedang menyirami bunga-bunga mawar kesukaannya.
“Selamat pagi Imo.” Kibum membungkuk sopan menyapa Taemin Eomma.
Nyonya Lee berbalik dan tersenyum, “Pagi, sayang.”

“Imo, apa Taemin sudah bangun?”
“Haah.. anak itu paling susah bangun pagi di hari Minggu, kau tahu kan sayang? Tugasmu adalah membangunkannya.”

Kibum tersenyum cerah, “Ne.”
Kibum berjalan ke sisi dimana kamar Taemin berada, dan mulai melancarkan aksinya.
“Taemin-yaa!!”
“Taemiiin!!”

“Lee Taemin!!!”

Kibum membangunkan Taemin dengan cara meneriaki nama namja itu, bukan mendatanginya dan mengetuk pintu. Ck, dasar. Taemin yang sedang tertidurpun terusik mendengar teriakan  Kibum yang tak henti mengganggunya. Dengan kesal, Taemin bangkit dari ranjang dan menghampiri jendela kamarnya. Terlihatlah Kibum yang sedang berdiri dan mendongak memanggil namanya di bawah jendela kamarnya.
“YAK!! Apa kau bisa berhenti mengganggu hidupku di hari Minggu!?” Teriaknya.
“Aku tidak bisa. Ayo turun, kita bersepeda bersama.” Ajak Kibum.

“Bersepeda bersama? Maksudmu aku yang mengayuh sepedanya dan kau menumpang di belakang, begitu?”

Kibum mengangguk, “Cepatlah, aku menunggumu.” Setelah mengatakan itu, Kibum berjalan menjauhi kamar Taemin.

Taemin  menggaruk kepalanya frustasi, “Sekarang aku paham kenapa mereka cocok, mereka sama-sama menakutkan. Pangeran dan Putri iblis, hiiihh.” Taemin merinding, yang dimaksudnya adalah sepasang kekasih  Lee Jinki dan Kim Kibum.Mereka, memang sedikit berbeda dari pasangan kebanyakan. Cara mereka berinteraksi sedikit berbeda dari manusia kebanyakan.

*

*

*

*

“Gunting batu kertas!”

“Gunting batu kertas!!”

“Kertas kertas kertas!! Wuhuu aku menang.”

Kibum berseru senang saat ia memenangkan permainan gunting batu kertas, Kibum menyentil kening Taemin sebagai hukuman untuk yang kalah.

“Aakh!” Taemin meringis sambil mengusap keningnya yang terasa panas lalu ia mengambil satu stik pepero yang tersedia sebagai imbalan untuk yang menang dan menyuapinya pada Kibum.

“Gunting batu kertas!”

“Gunting batu kertas!”

“Yes! Aku menang!” Taemin meninju udara sebagai ungkapan rasa senangnya, “Aihihiii.” Taemin terkikik jahil sambil menggosok-gosokan telapak tangannya bersiap menjitak dahi Kibum. Jika Jinki melihat ini, namja itu akan membalas Taemin dengan tinjuan mautnya, lalu meniup dan mengecup dahi itu sambil memelototi Taemin.
Pletak!!
“Awh appo.” Ringis Kibum sambil menyuapkan pepero dengan kesal pada Taemin. Kegiatan mereka berdua lumayan mengundang perhatian warga kampus karena mereka melakukannya di kantin yang sedang ramai, tak jarang mahasiswa yang lain menggeleng-geleng melihat pasangan sahabat yang bertingkah seperti anak SD itu.
“Boleh aku bergabung?” Tanya seseorang tiba-tiba mengintrupsi kegiatan mereka, Kibum dan Taemin menoleh serentak pada orang yang ternyata adalah Minho.

“Minho-ssi??”
“Hyung???” Taemin menoleh pada Minho saat Kibum  menyebut nama Minho dengan alis mengernyit. Kibum mengenal Minho?
Minho tersenyum pada mereka, “Orangnya bertambah, kita ganti saja permainannya.” Usul Kibum.

“Emm.. bagaimana jika Truth or Dare!?” Usul Taemin, mereka pun bermain truth or dare hingga membuat heboh seisi kantin.

*

*

*

*

Minho sedang menunggu Taemin membeli minum untuk mereka, Minho tersenyum mengingat permainan truth or dare mereka bertiga satu jam yang lalu. Minho dan Taemin masih betahan bersantai di kantin sedangkan Kibum harus pergi karena ada kelas, Taemin menghampiri Minho, memberikan minuman kaleng pada Seniornya dan duduk di samping Minho.
Taemin meletakkan dompetnya di atas meja, membuka dan menenggak minuman kalengnya. Sesuatu yang menyembul di sela dompet Taemin  mengundang perhatian Minho.

“Taemin-ya, apa yang ada di dompetmu?” Tanyanya.
Taemin menoleh dan meraih dompetnya, “Oh ini. Ini foto masa kecilku dan Kibum.” Taemin menarik foto itu dan memberikannya pada Minho.

Minho memperhatikan foto itu, Kibum  memang sudah cantik sejak ia masih kecil. Minho tersenyum.
“Itu foto saat kami menjadi model pakaian anak-anak untuk butik teman Eomma Kibum.” Terang Taemin.
“Kibum cantik, ya!?” Taemin mengangguk setuju dengan ucapan Minho.

“Sangat, tapi sayang kepribadiannya tak secantik wajahnya.”  “Hyung.”

“Hmm??”

“Apa kau menyukai Kibum?” Taemin terlihat serius.

“Eemm.. Ya.” Jawab Minho mantap. Ia tertarik pada Kibum sejak insiden tabrakan mereka, menurut Minho, Kibum berbeda dari namja cantik kebanyakan. Terlihat cantik dan begitu polos.

Taemin memandang Minho lama, ia sudah tahu itu, pertanyaannya hanyalah untuk memastikannya saja. Taemin tidak tahu bagaimana mereka bisa saling mengenal. Yang Taemin tahu Minho menunjukkan ketertarikannya saat mereka bermain truth or dare tadi, Minho akan bertanya tentang hal pribadi pada Kibum ketika Kibum  memilih truth. Minho seperti ingin mengenal banyak hal tentang sahabatnya itu,

“Apa yang kau suka darinya?” tanya Taemin.

“Cantik, polos dan menggemaskan.” Ucap Minho sambil tersenyum.

Pikiran Taemin melayang pada saat ia menyuruh Kibum menari Cheer Up dari Twice sebagai tantangan dari dare yang dipilih Kibum, Minho memperhatikan Kibum yang menari dengan saksama. Mata Minho berbinar saat Kibum melakukan gerakan ‘Shy Shy Shy’ dengan wajahaegyonya, bahkan Minho bergabung dengan Kibum dan mereka menari bersama membuat orang-orang yang berada di kantin terhibur dan bertepuk tangan untuk mereka.
“Sebaiknya kau urungkan saja, Hyung.”
Minho menoleh, “Wae??”
“Karena Kibum sudah bertunangan, mungkin sebentar lagi mereka akan menikah.” Jawab Taemin serius.

Minho menatap Taemin tak percaya dan kaget, “Kau ingat. Saat kau menyelamatkan Kibum yang hampir saja tertabrak mobil? aku berada di tempat yang tak jauh dari kejadian saat itu.”

 Minho kembali teringat pada saat itu, dia langsung berlari sekuat tenaga saat melihat namja yang dikenalnya hampir tertabrak mobil, Minho bersyukur sekali dia bisa menggapai lengan Kibum itu untuk menyelamatkannya.

“Ya, lalu?”

“Kau ingat seorang namja yang menghampiri kalian tiba-tiba?” Minho mengangguk “Namja itu adalah tunangannya, Lee Jinki.”

Minho berpikir, pantas saja ia merasa tak asing saat melihat wajahnya. Dia pernah beberapa kali melihat Jinki di majalah bisnis milik ayahnya.

“Lebih baik kau lupakan saja perasaanmu padanya, karena terdengar kejam jika aku melarangmu bertemu dengannya. Aku melakukan ini karena kau adalah teman sekaligus Sunbaeku, aku tak ingin hal buruk terjadi padamu.” seperti yang Taemin bilang, Minho adalah seniornya di fakultas tari modern.
“Lee Jinki itu sangat menyeramkan.” Bisik Taemin, Minho hanya terdiam tenggelam dalam pikirannya.

*

*

*

*

Jinki berjalan tergesa memasuki rumah keluarga Kim,

“Selamat datang Tuan muda.” Sapa Son Ahjumma.
Jinki menoleh, “Ahjumma, apa Kibum ada di rumah?” Tanya Jinki, dia sudah menghubungi Kibum sebelumnya tapi ponsel Kibum sibuk.
“Ne, Tuan muda. Tuan Kibum ada di kamar.”
“Lalu Abeonim dan Eommonim? Jonghyun?”
“Tuan dan Nyonya besar sedang menghadiri acara makan malam dengan rekan kerja, Tuan muda Jonghyun sedang ada di Busan untuk menghadiri acara penghargaan.” Bagus, Kibum nya di rumah sendirian.

“Terima kasih Ahjumma.” Jinki kembali melanjutkan langkahnya menuju kamar Kibum.
Saat Jinki membuka pintu kamar Kibum, Kibum sedang duduk di meja belajar, memakan snack dan sedang berbicara dengan seseorang melalui video call yang juga melakukan hal yang sama, ponselnya disandarkan pada sebuah buku tebal.

“Apa acaranya sudah mulai?” Ucapnya sambil memasukkan snack ke dalam mulut dan mengunyahnya nikmat.

“Belum, masih ada waktu sepuluh menit lagi dan Hyung gunakan untuk menghubungimu. Maaf tidak pamit sebelumnya padamu.” Sesal Jonghyun.
“Gwaenchanayo, asal hyung pulang membawa piala untuk kupamerkan pada Taemin.”
Jonghyun tertawa, “Haha.. dia pasti kesal.”
Kibum mengangguk, “Itu yang aku inginkan.”

Jinki tersenyum sinis, Kibum selain kekanakan dan polos dia juga sangat jahil.

Jinki memutuskan masuk ke kamar Kibum dan langsung menarik tangan Kibum, “Eh??” Kibum kaget dan menoleh, “Jinki hyung?”
“Ikut aku!” Jinki menarik Kibum agar berdiri.

“Waeyo??”

“Yak Lee Jinki, mau kau bawa kemana adikku, huh?” sahut seseorang yang terlihat di layar ponsel Kibum, Jinki menatapnya tajam.
“Bukan urusanmu.” Ucapnya langsung menarik Kibum keluar kamar tanpa memperdulikan Jonghyun yang terus berteriak dari balik ponsel.

“Yak, Lee Jinki.” Suara itu tenggelam seiring dengan suara dentuman pintu kamar Kibum.

*

*

*

Jinki terus menarik tangan Kibum sesampainya mereka di apartemennya dan mendorong Kibum memasuki kamar, mengunci pintu dan menatap Kibum tajam. Apa aku membuat kesalahan? Pikir Kibum, Jinki maju satu langkah.
“Jelaskan padaku, apa maksud foto ini?” Jinki menyodorkan layar ponselnya pada Kibum yang menampilkan sebuah foto dirinya dan Minho yang berpegangan tangan di sebuah restoran jepang di Department Store milik Jinki siang tadi.

Kibum kaget, dari mana Jinki mendapatkan foto itu?

“Kenapa diam? Gugup tertangkap basah?” Sinis Jinki.

Kibum menatap Jinki, “Bagaimana hyung tahu?” Kibum menggigit bibirnya saat mendapat pelototan dari Jinki. Kibum menundukkan kepalanya dalam, “Kami.. makan siang bersama.” Cicit Kibum.
“Aku tidak buta.” Desis Jinki.

“Dia.. teman baruku—“

“Oh, apa sekarang makan bersama dengan teman baru sambil berpegangan tangan sedang jadi tren?? Jangan coba membohongiku, Kim Kibum.” Sela Jinki.

Kibum memejamkan matanya karena tidak tahan dengan nada bicara Jinki padanya, Kibum menghirup napas dan berteriak, “Dia menyatakan cintanya padaku!” Kibum tersengal.

Jinki tertawa sinis, “Aku ingat, namja ini yang memelukmu waktu itu, kan? Lalu kalian main api di belakangku? Aah.. apa kecelakaan itu hanya rekayasa semata agar kalian bisa berpelukan di depan umum, begitu?” Bentak Jinki, ia kembali terbayang saat Kibum hampir tertabrak mobil. Jinki berterima kasih karena namja itu Kibum nya baik-baik saja, tapi kenyataannya? Hah!

“NE! aku akan menerima cintanya dan mengajaknya bercinta denganku!!” Kibum menatap langsung mata Jinki saat mengatakan itu, sebenarnya dia takut melihat wajah marah Jinki.
Jinki mengeratkan giginya, wajahnya memerah menahan marah. Terdengar bunyi retak dari ponselnya karena dia menggenggamnya terlalu erat.

BRAK! PRANG!
Suara pecahan guci yang dihantam oleh ponsel bergema di kamar itu. Ya, Jinki melemparkan ponselnya hingga hancur berkeping-keping bersama sebuah guci antik dari zaman kerajaan Joseon. Habis sudah kesabarannya saat Kibum nya mengatakan akan bercinta dengan namja lain.

Semua ini tidak akan terjadi jika saja Jongin bukanlah namja bermulut besar. Ya, sebenarnya Jongin yang melihat Kibum sedang berduaan bersama namja selain Jinki. Jongin yang kaget langsung mengikuti kemanapun mereka pergi.

Jongin berjalan santai sambil sesekali menyiulkan lagu kesukaannya, hari ini Jinki menugaskannya untuk mengontrol keadaan Department Store milik Lee Group. Setelah menyelesaikan tugasnya, Jongin pun memanfaatkan sisa waktunya memanjakan diri dengan berkeliling. Sesekali ia juga memasuki toko pakaian dan sepatu, Jongin juga mendapatkan barang incarannya tanpa kesulitan.

Setelah cukup lama berkeliling, Jongin pun merasakan lapar. Dia sedang mencari-cari restoran mana yang menjadi tujuannya, sebenarnya ia sedang ingin makan masakan Eropa. Jongin baru saja akan berbelok saat ekor matanya menangkap sosok mungil yang ia kenal, Jongin langsung menghentikan langkahnya spontan.

“Bukankah itu Kibun?” Tanyanya pada angin.

Jongin menyipitkan matanya untuk mempertajam pengelihatannya, belum percaya dengan kualitas pengelihatannya, Jongin mengucek-kucek matanya beberapa kali.

“Itu memang Kibum. Tapi.. siapa namja yang bersamanya?” Tanpa pikir panjang Jongin pun langsung mengikuti Kibum, sesekali ia juga bersembunyi dan menyamar layaknya seorang detektif. Jongin melihat Kibum dan pria misterius itu memasuki sebuah restoran Jepang, ia memilih meja kedua dari meja  Kibum dan duduk menghadap punggung  Kibum. Cepat-cepat ia menutupi wajahnya menggunakan buku menu yang tersedia di atas meja.

Kibum sedang memesan makanan, seorang pelayan datang menghampiri Jongin, “Konichiwa” sapa pelayan itu. Jongin hanya mengangguk-angguk dengan wajah serius dan mata terpancang pada namja yang duduk di hadapan Kibum.

“Tuan, anda ingin memesan sesuatu?”

“Salmon sushi dan teh hijau.” Ucap Jongin tanpa menoleh pada pelayan itu, pelayan itu menulis pesanan Jongin dan pamit pergi.

Pesanan mereka datang hampir bersamaan, Jongin mulai menyuapkan sushinya tanpa melepaskan tatapannya pada target, bahkan buku menu masih menjadi tameng di depan wajahnya.

Makanannya hampir habis, Jongin tiba-tiba saja kebelet pipis. Dengan berat hati dia pun bergegas menuju toilet, saat Jongin sedang bertanya pada pelayan, ekor matanya menangkap gerak-gerik mencurigakan dari namja itu. Jongin langsung menoleh dan betapa terkejutnya dia saat melihat namja itu dengan beraninya menggenggam tangan kekasih bosnya.

Dengan mulut terbuka lebar dan mata sipit yang berusaha melotot, Jongin dengan sigap mengambil ponselnya dan mengabadikan momen itu. Setelah itu cepat-cepat ia mencari kontak Jinki dan mengetik sesuatu.

Kim Jongin

Booossss!!! Aku melihat Kibum di Departmen Store bersama seorang namja tampan!!

MEREKA BERPEGANGAN TANGAN BOOSSSS!!!

Bos, apa Kibum berselingkuh darimu????

Jongin menekan tombol send dan langsung berlari menuju toilet, ia sudah tidak tahan lagi. Bahkan ia tak sempat memikirkan dampak apa yang akan terjadi akibat informasi eksklusifnya itu pada bosnya.

Jinki mendorong bahu Kibum hingga  Kibum jatuh terlentang di atas kasur, Kibum terkesiap mendapat perlakuan kasar Jinki yang baru kali ini ia dapatkan. Sungguh, ia sangat ingin menangis saat ini. Tahan, Kim Kibum, kau harus bertahan. Sugestinya dalam hati.
Jinki mejatuhkan tubuhnya menindih Kibum dan langsung mencium  Kibum kasar, dengan tergesa Jinki menurunkan kardigan rajut hijau army yang  Kibum pakai dan membuangnya ke sembarang arah, tangannya mulai meraba-raba punggung Kibum.

Sedangkan di satu tempat, seorang namja dengan gusar berjalan cepat menuju mobilnya.

“Jonghyun-ya, kau mau kemana? Acaranya baru saja dimulai.” Jonghyun menghentikan langkahnya dan menatap Hong Musuk; asistennya.
“Hyung, aku harus pergi. Adikku dalam bahaya.”Bahaya seorang Lee Jinki! Lanjutnya dalam hati.
“Mwo? jadi kau akan pulang ke Seoul malam ini juga?”

Jonghyun mengangguk, “Lalu bagaimana dengan acaranya?” Tanya Musuk lagi.

“Kau tetep disini dan mewakilkanku, Hyung. Aku benar-benar harus pergi, adikku membutuhkanku.” Jonghyun kembali meyakinkan Musuk.
Musuk menghela napas, “Baiklah, kau harus hati-hati. Jangan kebut-kebutan.”

Jonghyun mengangguk, “Aku pergi, Hyung. Terima kasih,” tepuknya pada bahu Musuk. Jonghyun berlari kecil menuju mobilnya dan langsung menancap gas sekencang mungkin, Musuk menggeleng-gelengkan kepalanya dan kembali masuk ke dalam gedung.

Jonghyun kalang kabut saat mendapatkan pesan ancaman dari Jinki.
Lee Jinki

Cegah aku jika kau bisa!

Setelah membaca pesan itu Jonghyun langsung berlari keluar gedung, Jinki sempat mengirimkan pesan itu pada Jonghyun sebelum akhirnya melemparkan ponselnya hingga hancur. Jonghyun sudah menghubungi Jinki namun ponselnya tidak aktif, dia juga menghubungi ponsel Kibum yang dijawab oleh Son Ahjumma. Ia lupa adiknya meninggalkan ponselnya saat mereka sedang melakukan video call, lagi-lagi karena Lee Jinki.
“Sial!” Jonghyun memukul stirnya dengan kesal dan semakin menambah kecepatan laju mobilnya.

Jinki sudah ada diantara kaki Kibum, terus menciumnya sambil tangannya mengelus paha Kibum yang tak tertutup karena Kibum hanya memakai celana pendek.

“Aaahh..” desahan Kibum keular saat Jinki mulai menciumi bahu dan lehernya, sedikit melumat cupingnya. Matanya terpejam dengan wajah memerah. Apa mereka akan melakukannya? Sekarang  Kibum tahu apa itu bercinta, dia mengetikkan kata itu di internet tanpa ada seorang pun yang tahu. Dia merasa sangat bodoh karena tak terpikir betapa mudahnya hidup di zaman modern saat ini.

Jinki membuka satu persatu kancing kemeja Kibum, menurunkan kedua sisinya di bahu dan kembali menciumi bahu dan tulang selangka kekasih nya. Jinki menghentikan kegiatannya sejenak untuk menatap kekasih nya. Merasa ditatap Kibum pun membuka matanya.

“Masih ingin bercinta dengan naamja lain?”

Kibum menatap Jinki lama, “Ya. Jika kau menolakku… lagi.” Ucap Kibum lirih. Jinki semakin menghunuskan tatapannya.

Tangannya mulai bergerak membuka jas dan dasinya tanpa mengalihkan pandangannya pada Kibum di bawahnya, melemparnya ke sembarang tempat dan kembali menindih Kibum. Jinki menurunkan wajahnya dan mencium dada atas Kibum, menghirup dan mengeluarkan napas disana.

“Jangan mencumbunya!”
Terdengar suara Jonghyun di kepalanya, Jinki tak memperdulikannya dan terus menciumi Kibum. Jinki melepas kan kemeja pink Kibum. Jinki berhenti dan memandangi betapa indahnya Tuhan menciptakan kekasih nya. Dada itu tengah tersengal naik turun seolah mengejek Jinki untuk segera mendaratkan bibir dan tangannya.

Jinki menelan saliva merasakan sesuatu di bawah sana semakin mengetat, dengan gerakan santai Jinki membuka satu persatu kancing kemejanya. Berhenti saat semua kancing terlepas dan melakukan hal yang sama seperti jas dan dasinya terdahulu, mata mereka bertemu.

“Kau ingin kita bercinta?” Kibum mengangguk mantap, “Sekarang??” Kibum langsung mengalungkan tangannya pada leher Jinki. Oh kekasihmu Lee Jiki.

Jinki diam mengontrol hasrat dan emosinya, “Baiklah.. kita akan bercinta. Sekarang! Dengan cepat. Dan panas. Tanpa henti. Kau siap??” Kibum mengangguk penuh keyakinan dan langsung melingkarkan kedua kakinya di pinggang Jinki. Dia benar-benar melakukan semua hal yang dilihatnya di internet.

Dengan secepat kilat Jinki kembali mencium Kibum di setiap inci kulitnya yang terbuka, bahkan tangannya telah meraba dada itu pelan dan sensual. Mengulum dan menghisap kedua puting Kibum , tangan Jinki semakin meraba paha dalam Kibum.

“Jangan menciumnya di dada, paha.”
Suara Jonghyun kembali terngiang seolah mencoba menghentikan apa yang Jinki lakukan saat ini, Jinki menurunkan ciumannya ke perut. Berlama-lama disana kemudian melepaskan celana pendek Kibum melalui kaki Kibum yang menyisakan celana dalam putih sebagai penutup terakhir dari tubuh kekasih nya.

Kibum mengerang, ini kali pertama Jinki mencium dan menjilatinya dimana-mana. Seperti induk kucing menjilati anaknya, Kibum menelan ludahnya saat Jinki melebarkan pahanya dengan wajah berada di depan junior yang tertutup celana dalam.
Jinki mendekatkan wajahnya, menghirup aroma Kibum dengan mata terpejam. Kekasih nya sangat wangi,

“Aaahh..” Kibum melengkungkan tubuhnya saat merasakan tangan Jinki membelai junior nya dari balik celana dalam yang masih melekat di tubuhnya

Jinki kembali menjajarkan tubuhnya dengan Kibum untuk mencium  nya setelah ia sudah membuang semua kain yang menghalangi mereka, ia tak bisa menahannya lagi apalagi menghentikan ini. Persetan dengan janjinya, persetan dengan Kim Jonghyun. Ia sudah melakukan semua hal yang dilarang kakak ipar sialannya itu, semuanya. Dan ia akan bercinta dengan Kibum sekarang, detik ini juga seperti permintaan Kibum.

“Kau siap?” Tanya Jinki setelah menghentikan ciuman, Kibum mengangguk mantap. Tak sengaja matanya melihat milik Jinki yang telah membesar dan berdiri tegak siap untuk memasukinya, Kibum menelan ludah. Apa benda sebesar itu bisa masuk? Punya Jinki jauh lebih besar dari milik nya tentu saja, apa rasanya akan benar-benar sakit? 

“Kau takut?” Tanya Jinki melihat sedikit keraguan di wajah kekasih nya sambil sesekali melihat Kibum itu melirik junior nya. Kibum diam, dia memang sedikit takut, tapi inilah yang ia inginkan. Kesempatan tidak datang dua kali, jika kali ini gagal maka ia tidak akan pernah bisa membujuk Jinki lagi, itu pikirnya. Kibum salah besar, Jinki bahkan selalu ingin menerkamnya jika ia tidak mengingat janjinya, kecuali hari ini. Pertahanannya benar-benar sudah hancur tanpa sisa.

“Seperti yang kau lihat, aku tidak bisa menghentikan ini.” Bisik Jinki di telinga Kibum, ia merasa seperti jalang kecil yang haus akan belaian. Tapi Kibum tak perduli, dia sudah melangkah sejauh ini dan mereka memang benar-benar harus menyelesaikannya sampai akhir. Kibum kembali mengalungkan lengannya pada Jinki dan mengangguk.

“Shit!!” Jinki kembali melumat bibir semanis cerry itu dengan kedua tangan yang meremas junior Kibum.
“Nghh  .  . . . “ Kibum terus mendesah ketika remasan Jinki di junior nya semakin cepat.
“Aakhh..” Kibum menjerit di telinga Jinki saat ia mendapat orgasme pertamanya, Jinki mengusap peluh di dahi Kibum, Kibum membuka matanya dan mereka bertatapan.
Jinki membiarkan Kibum menikmati orgasme nya.

Kemudian Jinki memasukkan satu jari panjangnya dalam hole Kibum. Kibum menggigit bibir Jinki karena merasa ngilu di bawah sana akibat ulah jari Jinki, Jinki menambah jari tengahnya membuat Kibum mencakar punggung Jinki.

“Buka matamu, aku akan melakukannya.” Ucap Jinki sambil menempelkan organ intim mereka mencoba memasuki Kibum, Kibum mengernyitkan dahinya sambil menggigit bibirnya. Jinki langsung melumat bibir itu, menggantikan bibirnya sebagai pelampiasan Kibum dan semakin masuk hingga penisnya terbenam sempurna. Tubuh Kibum menegang, ia merasakan panas dan sakit luar biasa di hole nya.

Tahan Kim Kibum, kau bisa. Ini baru tahap awal. Kibum kembali menguatkan dirinya untuk tidak menangis, dia bisa. Pasti! Jinki mengecup dahi Kibum setelah perjuangannya memasuki Kibum yang sangat sempit dan mengetat, ia mulai menggerakkan pinggulnya perlahan.

Jinki memeluk Kibum erat, gerakannya semakin cepat dan teratur. Ia berusaha tak menyakiti  Kibum karena ini adalah yang pertama bagi Kibum, ahh rasanya sebentar lagi ia akan meledak. Benar-benar meledak di dalam Kibum, menyemburkan berjuta spermanya pada hole hangat Kibum.

“Aku akan mempercepat pernikahan kita sebelum kau hamil, baby. Persetan dengan umur dua puluhmu, aku tidak bisa berhenti menidurimu setelah ini. Akuu—aakhh.” Jinki mengerang saat ia berhasil menembakkan berkali-kali spermanya di dalam Kibum, mencapai kepuasan dengan keekasih nya tak sesulit saat memasukinya, dia benar-benar luruh. Mereka baru bisa menikah setelah Kibum genap berusia dua puluh tahun, itu artinya tahun depan dan ulang tahun Kibum  masih cukup lama.

“Kau lelah?” Jinki mengusap peluh yang membanjiri wajah kemerahan Kibum, Kibum mengangguk dan tersengal. Mereka benar-benar telah melakukannya, Ya Tuhaaan.

Tubuh mereka masih menyatu, bukan hanya tubuh. Tapi hati dan jiwa mereka semakin menyatu bagai tak terpisah lagi. Jinki tersenyum sambil mengecup beberapa kali bibir Kibum.

Mendekatkan bibirnya pada telinga Kibum dan berbisik, “Aku menginginkanmu lagi, baby.. di atasku.” Ucapnya sensual. Kibum tertegun, oh ini akibatmu memancing singa bermain Kim Kibum, kau akan benar-benar diterkam sampai habis olehnya.

Dengan sekejab Jinki menggulingkan tubuhnya membuat Kibum berada di atasnya,  Kibum masih diam seakan belum menyadari keadaannya.

“Bergeraklah!” Remas Jinki pada bokong sintal gadisnya.

“Ba-ba-bagaimana?”

“Seperti yang kulakukan, berlainan arah.”

Kibum masih diam, dia benar-benar tidak tahu cara melakukannya!?

“AKKHHH!!” Jinki mengangkat dan menghemtakkan bokong Kibum membuat Kibum menjerit karena kaget dan merasakan sensasi aneh pada tubuhnya, mereka bergerak berlainan arah.  Kibum hanya pasif dan membiarkan Jinki meremas dan menggerakkan bokongnya, meski sesekali ia bergerak sendiri dengan kaku dan ragu-ragu.

*

*

*

*

Jinki menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang sambil memeluk Kibum di balik selimut, baru saja mereka menyelesaikan percintaannya sepuluh menit lalu. Terdiam dan saling memberi kehangatan satu sama lain, tak melakukan apapun atau membersihkan diri.

Kibum menyandarkan telinganya pada dada Jinki, mendengarkan degupan jantung Jinki setelah percintaan mereka. Mereka melakukannya beberapa kali, bahkan Jinki seakan tak mau berhenti jika tak mengingat Kibum yang kelelahan.

“Aku berbohong.” Ucap Kibum tiba-tiba membuat Jinki yang memejamkan matanya mengernyit bingung.

“Apa?” Gumamnya.

“Minho memang menyatakan cintanya padaku..” Kibum berhenti menunggu respon Jinki, ia merasakan tubuh Jinki menegang. “..tapi aku menolaknya hari itu juga.”
Jinki melepaskan pelukannya dan menatap Kibum, “Kau membohongiku!?” Desis Jinki.

Kibum sedang menunggu seseorang di depan pintu masuk Department Store, sesekali ia melihat jam tangannya dan menghembuskan napas.

“Sudah menunggu lama?” Tepuk seseorang, Kibum menoleh dan tersenyum melihat Minho yang terengah. “Aniyo, kajja.” Mereka pun masuk ke dalam Departmen Store, hari ini Kibum menepati janjinya menemani Minho ke toko buku sekalian saja dia mencari komik baru untuk menambah koleksinya. Seperti pepatah, menyelam sambil minum air. Hihihi..

Setelah mendapatkan apa yang mereka cari, mereka pun memutuskan untuk makan siang bersama. Karena Kibum sedang ingin makan sushi, Minho pun mengalah dan mengurungkan niatnya makan pasta.

Mereka memilih meja dan memesan makanan, makanan datang, mereka menikmati makan siang dengan gembira. setelah semua makanan habis, Minho mulai bersiap dengan apa yang ingin ia utarakan.

“Kibum-ah.”

“Hhmm?” Kibum menoleh, ia sedikit kaget saat tiba-tiba Minho menggenggam tangannya.

“Aku tahu, ini terlalu cepat. Tapi.. aku ahrus melakukannya sebelum aku menyesal.” Ucap Minho gugup.

“Aku menyukaimu.” Kibum melihat sebuah keseriusan dari pancaran mata Minho.

“Minho-ssi, mianhae tapi aku suda—“

“Aku tahu,” sela Minho, “Taemin sudah memberitahuku semuanya, hanya saja.. aku harus melakukan ini sebelum aku benar-benar menyesal dan.. yaa, aku merasa lega telah melakukannya.” Senyumnya.

“Mianhae.”

Minho menggeleng, “Bukan salahmu, apa.. kita bisa menjadi teman??” 

Kibum tersenyum, “Tentu saja. Teman!”

“Bisakah kau.. memanggilku hyung?? Kau bisa menolaknya jika tidak—“

“Hyung!” Ucap Kibum sambil melakukan gerakan buing-buing yang menggemaskan, Minho tertawa karena tingkah menggemaskan Kibum. Ia mengacak puncak kepala Kibum gemas, inilah alasan mengapa ia menyukai namja cantik ini.

“Kim Kibum kau…”

Kibum memejamkan matanya siap menerima hukuman dari Jinki. Oh Lee Jinki keekasih mu, dia melakukan apa saja agar kau bercinta dengannya. Bahkan ia tak menangis saat kau memperlakukannya dengan kasar, dia menahan air matanya mati-matian agar tak menangis saat merasakan sakit karena kau memasukinya. Sebenarnya makhluk seperti apa kekasih mu ini? Dia benar-benar tak bisa menebak apa yang ada di dalam pikiran Kibum tercintanya.

Jinki mendekatkan tubuhnya pada Kibum sampai seseorang dari balik pintu mengintrupsinya.

TOK! TOK! TOK!
“YAK Lee Jinki, buka pintunya!! Kalian belum menikah!!”

Teriak seseorang yang diyakini seratus persen adalah Kim Jonghyun, namja itu sudah sampai. Ck, lebih cepat dari yang ia perkirakan.

“Yak Bummie-ya, buka pintunya!!”
BRAK! BRAK! BRAK!
“Baby, kau tidak apa-apa?”
Kibum kaget mendengar keributan itu, “Jonghyun hyung?!” Cicitnya.
“Bummie-ya, buka pintunya Lee Jinki!!”
Kibum hendak bangkit untuk membukakan pintu itu, tapi sebelum  Kibum bergerak lebih banyak, Jinki sudah menariknya terlebih dahulu dan kembali menindih nya.

“Kau benar-benar harus dihukum.” Bisik nya.

“AAKKKHH!!! AAHHH…” Kibum berteriak saat Jinki kembali  meremas junior nya, Jonghyun semakin kalang kabut mendengar teriakan sekaligus desahan adiknya di dalam sana.

“Yak Lee Jinki! BERHENTI MEMASUKINYA!!!”

END

maaaf typo dimana-mana
Jangan lupa komennya yaa